Jumat, 12 Agustus 2022

Baharuddin Lopa : Integritas Jalan Hidup

Burhanuddin Lopa Jaksa Agung

Integritas dan kesederhanaan Baharuddin Lopa membuat banyak orang mengenangnya sebagai teladan yang patut dicontoh pada zaman sekarang. Jujur, sederhana, dan berintegritas. Inilah gambaran dari seorang Baharuddin Lopa. Prinsip yang pegang oleh mantan Jaksa Agung dan Menkumham di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini tercermin dari sikap dan perilakunya, baik sebagai pribadi maupun aparat negara dan pejabat publik.


Lelaki kelahiran Pambusuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, 27 Agustus 1935, yang biasa dipanggil Barlop ini, memang teguh memegang prinsip. Bagi Barlop, seorang penegak hukum mutlak menjunjung tinggi integritas. Kehidupan sederhana sebagai aparat negara tak bisa menjadi alasan menerima apa pun yang bukan menjadi haknya. Menurut Barlop, apabila penegak hukum menjunjung tinggi integritas, maka supremasi hukum akan tegak sebagai panglima.


Apa yang diutarakan oleh Barlop bukan semata penghias bibir. Dalam keseharian, Ia benar-benar menjalankan prinsip hidupnya tersebut. Sebagai Jaksa, ia dikenal berani menindak siapa saja yang bersalah demi tegaknya hukum. Baginya, hanya Allah dan Rasul-Nya, saja yang patut ditakuti. Maka, Barlop pun berani melawan arus dan pengaruh kapitalisme serta liberalisme dalam hukum.


Sejarah mencatat, begitu diangkat sebagai Kajati Sulawesi Selatan, Barlop segera membuat pengumuman di surat kabar. Isinya, meminta masyarakat atau siapa pun, tidak memberi sogokan kepada anak buahnya. Tak hanya itu, ia juga berani mengungkap kasus korupsi reboisasi. Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai miliaran rupiah. Dengan keberaniannya pula, Barlop menyeret pelaku korupsi yang ternyata seorang pengusaha besar ke pengadilan. Meskipun ia tahu, sang pengusaha memiliki banyak kenalan orang penting di negeri ini.


Keberanian mengungkap kasus semacam itu menjadi spektakuler pada saat itu. Malum saja, sosok pengusaha besar itu sebelumnya seolah tak tersentuh hukum. Namun, Barlop mengubah anggapan tersebut. Ia memberikan pesan: tak ada seorang pun di negeri ini yang kebal hukum.


Langkah semacam ini terus dia lakukan selama menjalankan tugas sebagai Jaksa Agung. Barlop membuktikan, dirinya patuh kepada hukum. “Apa pun yang terjadi, walau umur dunia tinggal sehari, hukum harus ditegakkan,” ujarnya.


Sosok Sederhana


Menjadi pejabat penting, tak menghilangkan kesederhanaan Barlop. Yang paling nyata, ia tunjukkan dalam hal yang bersifat materi. Ia tinggal di rumah sederhana yang terletak di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Ia hanya memiliki mobil Toyota Kijang yang sederhana untuk ukuran pejabat sekelas menteri.


Soal fasilitas sebagai pejabat, Barlop sangat hati-hati. Ia melarang keras keluarganya menggunakan fasilitas negara untuk urusan pribadi. Saat menjabat Kajati Sulsel. istrinya, selalu naik bus bila pulang ke Majene, pun anaknya yang tak boleh ikut naik mobil dinas ketika berangkat sekolah yang satu jalur dengan kantornya. Sikap ini tentunya tak biasa, karena tak ada aturan tegas yang melarang. “Biar naik bus sendiri. Biar mereka mendapat pengalaman susahnya hidup. Ini berlaku bagi anak lelaki maupun perempuan.”


Demikian prinsip Barlop.


Di rumah dinas, Barlop mengunci telepon agar tidak digunakan untuk kepentingan keluarganya. Sebagai gantinya, Barlop menyediakan telepon koin. Demi menambah penghasilnya saat menjabat Jaksa Agung, Barlop membuka warung telekomunikasi di samping rumahnya.


Pada momen Lebaran, Barlop juga menegaskan, bahwa dirinya dan seluruh anak buahnya tidak boleh menerima parsel dalam bentuk apa pun. Penegasan ini ia sampaikan melalui jumpa pers. Ia pun mengembalikan dua parsel yang dikirim ke rumahnya.


Barlop memang sangat menjaga diri dari menerima hadiah dari orang lain dalam bentuk apapun. Tak hanya parsel, suatu ketika, ia pernah diberi uang berjumlah 10.000 Dollar AS oleh sahabatnya yang telah menjadi seorang pengusaha. Namun, Barlop memilih mengembalikan uang itu.


Integritas Barlop juga tercermin dari hal-hal kecil. Salah satunya ketika Barlop menjadi pembicara di salah satu kampus di Makassar. Barlop yang seorang perokok berat, meminjam korek dari seorang mahasiswa. Namun, ia lupa mengembalikan korek tersebut pada empunya. Tak disadarinya, korek itu terbawa sampai ke Jakarta. Merasa bersalah, Barlop menelpon panitia untuk melacak sang pemilik korek. Kepada sang empu korek, Ia meminta maaf.


Tidak hanya itu, Barlop menitipkan korek itu kepada temannya yang hendak ke Makassar, untuk dikembalikan kepada pemiliknya. Melihat Barlop yang mau repot “cuma" gara-gara sebuah korek yang harganya tak seberapa, sang teman pun merasa heran. Ia pun coba menenangkan Barlop. Namun Barlop bergeming. “Bukan begitu. Nanti gara-gara korek saya bisa masuk neraka, Minta tolong, titip korek ini ke Makassar. Sampaikan maafku pada yang punya,” ujar Lopa.


Berbagai kisah Barlop memang sangat menginspirasi di tengah jarangnya aparat sipil negara dan pejabat publik yang bisa menjadi teladan. Kiprah dan ketegasannya tak akan lekang ditelan zaman. 


Dikutip dari berbagai Sumber ( Red )

Tags :

bm

AL MASTHURIYAH INSTITUT

KI HAJAR DEWANTARA

  • "-" (Di depan memberi Contoh)
  • "-" (Di tengah Memberi Bimbingan)
  • "-" (Di belakang Memberi Dorongan)

  • : AL-MASTHURIYAH INSTITUT
  • : 13 Februari 2021
  • : Basoka -Rubaru
  • : mahfudp@gmail.com
  • : 081807056262

Posting Komentar